A Trip Down Memory Lane

IMG-20140313-WA0001_001Peti harta karun ini sudah 15 tahun lebih menemani saya. Dan isinya memang benar-benar harta karun, karena segala macam barang yang menurut saya berkesan atau ada ceritanya, semua saya cemplungin ke situ. Tumpukan diary, makalah-makalah kuliah, tiket-tiket pesawat, tiket-tiket konser, surat-surat, kartu-kartu, sampai karcis-karcis bioskop yang sekarang sudah tidak terbaca lagi tulisannya.

Tapi namanya juga tidak ada yang abadi ya, akhirnya peti bersejarah ini kalah sama rayap. Dan saya nyadarnya setelah sudah cukup banyak isinya yang hancur. Alhasil semalaman saya mengaduk kenangan demi kenangan yang tersimpan di dalamnya (ceileh bahasanya :D).

Dari benda-benda yang berhasil diselamatkan, nggak semuanya saya simpan lagi. Diary-diary galau penuh keluh kesah remaja saya putuskan untuk disingkirkan saja. Malu ah kalau suatu hari nanti dibaca sama anak cucu hahaha

IMG-20140313-WA0007-tile

Tentu saja sejumlah kecil barang tetap saya pertahankan karena nilai historisnya (buat saya). Misalnya undangan menyaksikan pementasan I La Galigo karya Robert Wilson di Esplanade, Singapura. I La Galigo sendiri merupakan epik mitos penciptaan bangsa Bugis di Sulawesi Selatan, yang ditulis antara abad 13 dan 15. Tidak ada versi lengkap dari hikayat ini, karena banyak yang rusak dan hilang. Namun yang berhasil diawetkan saja mencapai 6000 halaman, menjadikannya salah satu karya sastra terbesar di dunia. Entah mengapa saat membaca tentang Sureq Galigo di Tempo, ada perasaan merinding. Jadi bayangkan betapa bahagianya ketika beberapa tahun kemudian, saya berkesempatan menyaksikan pementasan perdananya. Dan bukan cuma saya yang merinding. Waktu mewawancarai penulis Rhoda Grauer, yang mengadaptasi hikayat tersebut ke dalam bahasa Inggris, perempuan itu sempat tertegun ketika saya tanya, “Did you found La Galigo, or did La Galigo found you?” Β Lalu dengan mata berkaca-kaca dia berkata, “Sorry, I can’t answer that. It’s too personal for me.”

Kwitansi honor pemuatan cerpen pertama di HAI juga saya simpan, begitu pula kartu-kartu pers yang sudah memungkinkan saya menonton banyak pertunjukan secara gratis πŸ™‚

IMG-20140313-WA0005-tile

Namun ada juga beberapa benda yang saya sendiri bingung ngapain saya simpenin hehehe. Contohnya kacamata dari zaman SD (saya pertama kali pakai kacamata kelas 4 SD), kipas angin mini yang pakai baterai, kartu SPP SMA, kartu perpustakaan SMP dan kuliah, kartu anggota Grimlock Metal Club (apa pula ituu??!), dasi abu-abu SMA, dan sebagainya. Ternyata saya benar-benar penyimpan kenangan ya, walaupun kemudian lupa sama sekali kenapa saya menyimpannya πŸ˜€

But anyway, thanks for the memories…

7 comments on “A Trip Down Memory Lane

  1. kenterate says:

    Ow, sungguh manis. Dan stiker-nya itu lho: Nongkrong di MTV, penanda zaman banget.

  2. lulu says:

    Kereeen, Ci. Kebayang perasaan mengkel gara-gara rayap langsung lenyap setelah ngeliatin benda-benda ini. Ah, senengnya kalau suka nyimpen kenangan…

  3. dhee says:

    Aku punya satu amplop cokelat yang ampe sekarang gak berani aku buang atau enyahkan..

    Tapi dilihat kembali pun bikin sesak..

    Terkadang kenangan itu yaah..

Leave a comment