Mengapa Saya Menjadi Penerjemah Novel?

IMG_20121222_101909Sebagian, mungkin banyak, penerjemah yang mengakui bahwa mereka menjadi penerjemah karena ‘tersesat’ alias tidak pernah dicita-citakan sebelumnya. Tapi rasanya saya berani bilang kalau saya tidak pernah tersesat. Ini pekerjaan yang selalu saya idamkan. Dimulai dari kegemaran membaca sejak kecil, kegiatan yang pastinya tidak bakal lengkap tanpa kehadiran buku anak terjemahan seperti Lima Sekawan, Mallory Towers, si kembar Amy & Hawkeye, dll. Walaupun ketika itu saya tidak memberi perhatian kepada penerjemahnya, karena sama sekali belum ngeh tentang proses penerjemahan dan penerbitan buku. Tahunya cuma ada buku-buku bagus yang tidak boleh dilewatkan dan sebisanya dikoleksi.

Semakin besar, saya semakin tidak dapat melepaskan ketergantungan pada buku. Rasanya rela-rela saja menghabiskan uang saku untuk membeli buku, atau menabung untuk mendapatkan buku yang saya inginkan. Saya mulai menyadari peran penting seorang penerjemah dalam membawa saya memasuki dunia tanpa batas yang bisa saya datangi kapan pun saya mau. Berbagai misteri tak terduga dalam buku-buku Agatha Christie, beragam kisah fenomenal dalam buku-buku Sidney Sheldon, eksotisme Asia dalam buku-buku Pearl S. Buck, atau cerita-cerita lucu dalam komik Smurf. Pengalaman membaca yang tak mungkin bisa saya peroleh andai tidak ada buku terjemahan, karena kemampuan bahasa asing yang jauh dari memadai.

Memasuki SMA, saya semakin tekun belajar bahasa Inggris, semakin berani membaca buku-buku berbahasa Inggris, dan semakin kagum kepada para penerjemah yang berhasil mengalihkan karya-karya berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dengan indahnya. Mulai terbetik keinginan untuk menjadi penerjemah buku, berkutat dalam dunia yang saya cintai dan membagikan kisah-kisah menakjubkan kepada mereka yang mungkin tidak menguasai bahasa Inggris.

Saya nekat mengirim surat ke Gramedia, kalau tidak salah ditujukan kepada Mbak Anas, yang namanya saya peroleh dari Bibliophile. Terus terang saya agak lupa apakah surat itu saya kirimkan sewaktu masih di SMA atau awal kuliah, yang jelas saya menanyakan apakah ada posisi magang untuk penerjemah novel atau sesuatu semacam itu. Nekat, karena saya sama sekali buta tentang penerjemahan dan tidak tahu apakah memang ada makhluk yang namanya penerjemah magang. Tapi ternyata surat saya dibalas, walaupun isinya hanya penolakan 😀 Tepatnya sih pemberitahuan bahwa belum ada lowongan untuk penerjemah magang yang masih sekolah. Sayang suratnya tidak saya simpan.

Selepas SMA, keinginan untuk kuliah di jurusan sastra sangat kuat, tapi karena satu dan lain hal (termasuk restu Bapak yang tidak kunjung turun *sigh*) saya akhirnya terdampar di FISIP. Saya pikir kalaupun gagal kuliah sastra, paling tidak  gedung kampus saya dekat-dekat kampus sastra lah hahaha. Saya sih tetap menikmati masa kuliah, dan tetap menimbun buku-buku yang saya cintai, sambil sesekali mengambil mata kuliah di jurusan sastra yang kira-kira tidak bakal mengganggu kuliah utama. Sampai suatu hari saya ditegur sekretaris jurusan karena terlalu banyak mengambil mata kuliah yang tidak ada hubungannya dengan kuliah saya.

Lucunya (atau sedihnya?), sewaktu mencari pekerjaan setelah lulus kuliah, Gramedia menjadi salah satu tempat incaran yang saya kirimi lamaran bertubi-tubi (lebay). Sempat sih dipanggil satu atau dua kali, saya lupa, bahkan pernah sampai tahap wawancara terakhir, tapi nggak pernah lolos. Saya pikir, kok saya nggak jodoh banget ya sama penerbit ini, padahal kan sudah nyaris terobsesi 😀

Kemudian, pekerjaan membawa saya sedikit menjauh dari dunia buku, ke dunia TV, walaupun saya tidak pernah lepas dari dunia penerjemahan. Oiya, saat kuliah saya sudah bekerja menjadi penerjemah outhouse untuk Indosiar. Seneng banget, karena waktu itu kan serial asing masih banyak tayang di TV nasional kita, jadi saya bisa nonton duluan serial semacam Popular dan Felicity. Paling pegal sih kalau dapat job menerjemahkan telenovela. Ngomongnya nggak berenti-berenti! Dan karena script-nya bahasa Inggris sementara videonya bahasa Spanyol, saya mesti nonton dengan cermat supaya durasi terjemahan pas dengan durasi dialog tokohnya. Paling senang kalau dapat film kartun semacam Tom & Jerry yang nggak banyak dialog, kejar-kejaran terus sepanjang film.

Meskipun sudah kerja kantoran, saya tetap menerima job terjemahan film dari teman yang punya production house. Selain senang karena dapat penghasilan tambahan, saya juga suka sih! Di kantor pun, saat harus menerjemahkan berita, saya mengerjakannya seperti sedang menerjemahkan buku 😛

Ketika sudah tidak kerja kantoran, semakin mantap niat saya untuk menjadi penerjemah buku. Untunglah saya bertemu Multiply, berkenalan dengan Poppy, Rini, Femmy, Antie dan teman-teman lain yang sudah lebih dulu berprofesi sebagai penerjemah. Saya banyak belajar dari mereka dan mencuri ilmu dari mereka. Saya juga mendapat nama Mbak Tanti Lesmana, editor Gramedia, dari Poppy. Dan setelah mengirim lamaran serta mengerjakan tes, saya pun mendapat kesempatan untuk menerjemahkan novel pertama saya dari Gramedia, Bad Men. Saya mulai berpikir bahwa saya mungkin bukan tidak berjodoh dengan penerbit ini, tapi diberi waktu dulu untuk main-main ke tempat lain. Lagi pula, kalau tidak bekerja di TV, saya juga nggak bakal bertemu suami saya hehehe.

Berkat media sosial, saya juga mendapat kesempatan untuk menerjemahkan buku-buku dari penerbit lain. Erlangga, Matahati, Atria…sungguh bagaikan impian yang menjadi nyata. Senyum saya terkembang begitu lebar saat pertama kali melihat nama saya tercantum di halaman prancis sebuah novel. Saya sudah menjadi penerjemah itu! Saya sudah membawa pembaca memasuki dunia tanpa batas yang menakjubkan, dan tidak ada penghargaan yang lebih membahagiakan dibanding membaca komentar seperti ini: …saya mengenal dan menyukai karya-karya John Conolly berkat Anda buk…  (lewat PM Facebook)

Saya tahu banyak yang mempertanyakan ‘kesejahteraan’ seorang penerjemah novel. Saya tahu penghasilan kami mungkin tidak cukup untuk membeli rumah atau mobil. Tapi insya Allah saya tidak akan berhenti menjadi penerjemah novel, meski kadang harus begadang hanya demi ‘uang receh’, kata sebagian orang. Bukan berarti saya menutup diri dari bidang lain. Siapa sih yang tidak tertarik menjajal penerjemahan dokumen, yang tarifnya pakai dolar atau euro? Jika ada kesempatan, dan saya sanggup melakukannya, kenapa tidak? Tapi saya akan selalu meyakini jalan yang saya pilih dan sudah dibukakan oleh-Nya.

Memang, menjadi penerjemah novel bukannya tanpa duka. Kesalahan terjemahan, yang kadang disebabkan oleh tenggat yang singkat atau kelelahan yang sangat, bisa berujung pada kritik yang menyengat. Namun kerendahan hati untuk mengakui kesalahan dan kemauan untuk selalu belajar, semoga menjadi jalan keluar agar tidak mengulangi kesalahan serupa. Sebaliknya, ada juga yang berkomentar ini ‘easy money’ karena menurutnya semua orang bisa jadi penerjemah dan nggak perlu mikir susah-susah. Nggak apa-apa sih, saya lebih baik dapat uang gampang daripada uang haram 🙂

Saya bersyukur untuk pekerjaan saya, saya bersyukur untuk teman-teman yang telah banyak membantu, saya bersyukur untuk keluarga yang tidak pernah mempertanyakan pilihan saya, bahkan Bapak pun akhirnya mengakui kalau saya tidak bisa jauh-jauh dari buku. “Mungkin seharusnya kamu dulu memang masuk sastra ya Ci,” katanya suatu hari, dan saya cuma bisa menanggapi dengan menepok jidat 😀

Sebagai penutup, saya ingin mengutip tulisan Mbak Tanti Lesmana, editor pertama saya di Gramedia, mengenai alasannya menjadi penerjemah. Entah mengapa begitu membacanya saya merasa terharu, dan saya ingin membaginya (atas seizin beliau) kepada teman-teman yang mungkin berminat pada dunia terjemahan, tapi masih belum yakin akan pilihan mereka.

It all started from a desire to share. In this case… good books, wonderful stories. I was leafing through the pages of a book in a library when a little girl at the farther end of the aisle spoke to her friend in her high little-girl voice, “Look, look, such a pretty book. With pictures too.” They were both sitting on the floor and they had this big picture book between them, their hands eagerly pointed at one picture after another. The smaller girl said, “What is it about?” And her friend shook her head, “It’s in English. If only we understood English….” I knew then and there that I wanted to translate books.

Because working is loving what you’re doing…

47 comments on “Mengapa Saya Menjadi Penerjemah Novel?

  1. juan says:

    “Paling senang kalau dapat film kartun semacam Tom & Jerry yang nggak banyak dialog, kejar-kejaran terus sepanjang film.” hahaha. atau film charlie chaplin 🙂 terima kasih atas cerita yang bagus ini.

  2. azmee says:

    two thumbs up kak uci! klo kerjaan dinikmati jadi engga berasa kerja. hehe

  3. melmarian says:

    Saya pertama kali “kenal” mbak Uci itu lewat The Secret Garden. Dan sampai sekarang, selain buku itu jadi salah satu buku favorit, buku itu juga menandai “The Return of the Lost Booklover” (halah). Yup, setelah baca TSG saya kembali jadi pecinta buku setelah bertahun-tahun absen. Hehehe.
    Makasih ya mbak Uci, keep up your good work! 🙂

  4. diahz says:

    nice story, inspiring…

  5. Baru mampir lagi ke blog Uci setelah sekian lama. And I’m a big fan of your work, Ci. *hugs*

  6. luckty says:

    Aku udah baca beberapa buku terjemahan Mbak Uci loh! 😀

  7. hai kakak! salam kenal 🙂
    terima kasih sudah berbagi cerita yang menginspirasi ini. ohya, kalau boleh tau, sarjana dari FISIP kakak sekarang dikemanakan, ya? masa nggak dipakai? :O

  8. septi yuherni says:

    amazing stories ! I wanna be a translator too but i am just a graduated from a high school by a few months ago 😦 i wanna have a job as translator but seems impossible. I do need a job now ToT

  9. Novi says:

    Kak tolong terjemahin novel Percy Jackson- Titan’s Curse dong kak, pasti keren banget deh kak soalnya nyari2 yang bahasa indonesia ngga ada. makasiiih banyaak 😀

  10. Anna says:

    hallo mbak! 😀 saya Anna masih kelas 2 SMA, karena saya anak pertama dan udah mulai sadar akan hidup di dunia (ceilah) pasti udah berpikir jauh mau kuliah mana, jurusan apa dan mau melakukan apa di masa depan. pinginnya translator, kebetulan saya suka b.inggris . nah saya mau nanya, kalau sudah menjadi translator di sebuah salah satu media, apa akan menjadi translator tetap, atau di kontrak beberapa tahun, atau bekerja kalau di butuhkan? saya butuh kepastian. terus apa translator di gaji perbulan atau gimana? bisa tolong mbak jelasin gak translator seperti apa bebet bobotnya? maaf kalau pertanyaan aneh dan banyak, maklum masih labil hehe

    • bruziati says:

      Halo Anna, translator ada yang tetap, ada yang freelance, ada yang per proyek. Macam-macam sebenarnya, tergantung kebutuhan perusahaan. Tergantung Anna juga mau jadi penerjemah apa. Buku, dokumen, film, juru bahasa? Kalau yang tetap ya pasti digaji per bulan, seperti pekerjaan lainnya.

      Banyak kok teman-teman penerjemah yang rajin menuliskan serba-serbi profesi penerjemah di blog mereka. Contohnya di http://www.dinabegum.com. Di situ lengkap sekali informasinya. Silakan main dan baca-baca semua postingan di sana ya.

      Terima kasih sudah mampir 🙂

  11. ika_akai says:

    halo mbak, salam kenal 🙂
    saya pengen jadi freelance penerjemah novel di penerbit-penerbit buku semacam Gramedia, tapi kadang gak pede kalo mau ngirim lamaran. hehehee.. biasanya kalo mau kirim lamaran apa harus tanya2 dulu atau kita langsung kirim lamaran beserta CVnya, mbak?
    makasiiih.. 🙂

  12. rizal prasetyo says:

    Mbak, terjemahin light novel “Mahouka Koukou no Rettousei” juga dong.. pliiiiiiiiisssss…

    Ni alamatnya: https://www.baka-tsuki.org/project/index.php?title=Mahouka_Koukou_no_Rettousei

  13. ninda sefininda says:

    assalamualaikum, saya mahasiswi penerjemahan mau nanya mungkin ada info on the job training translator di Bali, mohon bantuannya (:

  14. veronika says:

    hai ka! apakah ada info lowongan freelancer penerjemah novel bahasa inggris online? saya sudah mencari digoogle dan masuk ke halamam blog kaka. Saya sering membaca novel dalam bahasa Inggris, dan saya berpikir mengapa tidak mencoba menjadi freelancer penerjemah novel saja sambil mencar pengalaman. Saya tidak peduli pada gajinya saya hany mencari pengalaman and i believe i can do it well, saya jusrusan ilmu komunikasi dan belum lulus. Terimakasih 😀

    • bruziati says:

      Maksudnya penerjemah bahasa inggris online apa ya? Saya kurang paham. Tapi kalau berminat melamar sebagai penerjemah novel, langsung saja kirim cv dan contoh terjemahan beserta naskah aslinya ke penerbit-penerbit yang kamu minati. Alamat penerbit bisa dilihat di buku-buku yang mereka terbitkan.

  15. Terimakasih atas sharingnya ya Mba. Saya juga baru belajar menjadi penerjemah. Selama ini sih seringnya menerjemahkan dokumen seperti laporan lingkungan dll.

  16. caesarindah says:

    Halo mba, salam kenal saya Indah.
    Wah mba baca tulisan ini jadi menginspirasi saya.
    Saya mempunyai cita-cita yang sama seperti mba, bekerja di dunia penerbitan buku khususnya karya sastra.
    Saya suka sekali membaca dari saya kecil hingga sekarang saya besar saya senang sekali membaca novel.
    Apalagi novel historical romance.
    Sebentar lagi saya akan lulus kuliah di jurusan sastra indonesia.
    Mungkin mba bisa berbagi info magang di gramedia mba. hehehe
    Terimakasih sebelumnya.
    Saya berharap semoga saya bisa mengikuti jejak mba, bisa mewujudkan mimpi saya. 🙂

    • bruziati says:

      Halo Indah, terima kasih ya sudah mampir. Mengenai informasi magang di gramedia, sayangnya saya tidak paham karena bukan orang dalam hehehe. Mungkin Indah bisa langsung kontak ke redaksi gramedia pustaka utama, siapa tahu ada kesempatan magang. Semoga sukses ya 🙂

  17. octavia says:

    very inspiring! saya juga berniat mau jadi penerjemah novel mbak. gimana ya kirim surat ke gramedia-nya?

    • bruziati says:

      Hi Octavia, langsung saja kirim cv dan contoh terjemahan beserta naskah aslinya ke penerbit-penerbit yang kamu minati. Alamat penerbit bisa dilihat di buku-buku yang mereka terbitkan, termasuk juga Gramedia.

  18. arip says:

    Ah jadi kepikiran juga buat jadi penerjemah novel.

  19. Terima kasih sudah berbagi, Uci, tulisannya bagus.

  20. devi varera says:

    mba aku boleh nanya-nanya gak ? aku juga pengen nih jadi penerjemah . apa bisa aku email mba nya ?

  21. Andi M says:

    Mbak, novel A Game of Thrones – Perebutan Takhta terjemahannya bagus!! Bener-bener suka sama terjemahannya. Sudah baca sekali sih yang bahasa Inggris. Dan bisa aku bilang yang terjemahan hampir sama ‘feel’ nya. hehe. Keep up the exceptionally good work, mbak, 😀

  22. Stef Toha says:

    Blog yang menarik, mengingatkan saya akan buku Pearl S. Buck . Terus terang saja, pada awal mula saya tidak terlalu berminat membaca ‘The Good Earth’ (Bumi yang Baik) setelah membaca ringkasannnya.
    Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka blog di https://stenote-berkata.blogspot.com/2019/01/wawancara-dengan-pearl.html.

Leave a comment