Bukan bermaksud mengatakan ini masalah remeh, tapi saat menerjemahkan kadang-kadang kita (saya kalee) terlalu heboh memikirkan terjemahan atau padanan kata sehingga lupa kalau sebenarnya bisa dibuat sederhana. Contoh nih, saya sedang menerjemahkan novel yang setiap babnya diawali dengan lagu yang liriknya berima. Lagu yang sedang saya terjemahkan liriknya begini:
Supaya bisa berima dengan mengapa namaku hanya gema (why does my name only echo), saya buka situs nama-nama Ibrani, mencari yang berakhiran a untuk bayi laki-laki. Ketemulah Alva, artinya agung. Asyiik, langsung saya pakai nama temuan saya itu disertai catatan untuk editor kenapa saya mengganti nama Jericho.
Beberapa waktu kemudian, saat sedang nonton TV, tiba-tiba teringat lirik lagu tadi. Dan sambil menepok jidat saya membatin, ngapain coba susah-susah, kan tinggal dibalik saja Joshua dan Jericho jadi Jericho dan Joshua. Tuh, langsung dapat deh bait berakhiran a!
Duengg!!