Mbak, Indo Ya? (Minggu Pagi di Victoria Park)

Orang Indonesia semua tuh

Tiba-tiba saja, saya kehilangan minat untuk mengunjungi tempat rekreasi theme park yang jadi wisata unggulan di sini, seperti Disneyland dan Noah’s Ark. Kayaknya kok lebih asyik melihat-lihat kota ini saja, mengamati penduduknya, suasananya, keramaiannya. Jadilah kami mencoret semua agenda mengunjungi theme park (lumayan menghemat beberapa ratus dolar hehehe), dan memutuskan untuk berkunjung ke Victoria Park, taman yang sangat populer sebagai tempat ngumpul para pekerja Indonesia di Hong Kong setiap hari Minggu, yang merupakan hari libur mereka. Sutradara/Artis Lola Amaria bahkan sudah mengangkatnya ke layar lebar, sayang hanya bertahan sebentar saja di jaringan bioskop, dan sudah turun sebelum saya sempat nonton. Continue reading

Advertisement

Hong Kong yang Tak Pernah Tidur

P1010952

Victoria Harbor

Salah satu tempat favorit saya di kota ini. Victoria Harbor. Dari sini keliatan banget betapa Hong Kong adalah kota metropolitan yang kesuksesan ekonominya ditandai dengan gedung-gedung jangkung yang berlomba menjangkau langit. Dan setiap jam 8 malam, Victoria Harbor juga menjadi tempat favorit para turis untuk menyaksikan Symphony of Light, pertunjukan lampu dan sinar laser yang diiringi musik, dari gedung-gedung yang berjejer di sana. Pertunjukan tersebut bahkan sudah masuk Guinness Book of Records, sebagai The World’s Largest Permanent Light and Sound Show. Continue reading

Masa Kini dan Masa Lalu Bergabung di Macau

Reruntuhan St Paul

Reruntuhan St. Paul

Selain menampilkan wajah kota yang modern, bekas jajahan Portugis ini juga dikenal dengan peninggalan-peninggalan bersejarahnya. Yang paling populer tentu saja Ruins of St. Paul alias reruntuhan gereja St. Paul yang terbakar tahun 1835 dan sekarang dijadikan museum. Dari Senado Square yang klasik, kita tinggal mengikuti jalan ke Ruins of St. Paul, dan di sepanjang jalan berjajar toko-toko dengan dagangan beragam mulai dari apotek, restoran, butik, suvenir, sampai camilan khas Macau yang banyak dijadikan oleh-oleh. Bagusnya wisata mereka memang begini nih, peninggalan bersejarah yang cantik digabung dengan pertokoan, jadi turis selain melihat-lihat pemandangan juga menghabiskan uang untuk berbelanja. Saya sendiri cuma beli beberapa suvenir yang terjangkau. Contohnya magnet kulkas yang dihargai MOP/HK$ 30 per 3 buah dan pembatas buku MOP/HK$ 15 per buah. Continue reading

Macau yang Gemerlap

Hotel Grand Lisboa

Hotel Grand Lisboa

Meskipun tidak seheboh Las Vegas, Macau sudah terkenal sebagai kota judi. Kasino-kasino yang bertebaran di sini pun berlomba-lomba tampil paling mencolok dan gemebyar. Setelah matahari terbenam (sekitar pukul 7 malam), langsung terhidang pemandangan serba bling-bling. Warna-warni lampunya saja sudah cukup menarik turis untuk foto-foto di segala tempat. Walaupun nggak ikutan judi, tapi ikut menikmati kemilaunya. Saat pesawat mendarat di bandara saja, kerlap-kerlip lampu di City of Dreams langsung menyambut dari kejauhan. Sungguh heboh dan pastinya menyedot banyak listrik setiap hari! Continue reading

Lost in Macau

The Giant Buddha, Hong Kong

The Giant Buddha, Hong Kong

Sebenarnya rencana awal liburan kami, saya dan Sisil, bukan ke wilayah ini. Tapi setelah membaca-baca buku panduannya (Rp 2 Jutaan Keliling Macau dan Hong Kong – Claudia Kaunang), kami tergoda juga untuk berkunjung ke sana. Apalagi karena nggak butuh visa, perginya pun jadi nggak ribet. Apakah benar cuma butuh 2 juta? Ya jelas tidak lah, 2 juta yang dimaksud di buku ini cuma buat akomodasi, transportasi di sana dan konsumsi pokok (tanpa ngemil). Beruntung kami dapat harga tiket murah dari Valuair, 2 juta PP Jakarta-Macau. Namanya juga penerbangan murah, jam terbangnya nggak bisa dibilang normal. Kami sampai di Macau jam 2 pagi dan menunggu hari terang sambil tidur-tiduran di ruang kedatangan. Ada juga beberapa orang yang ‘menginap’ di bandara seperti kami.

Walaupun sudah membaca bahwa orang Macau jarang memakai bahasa Inggris, kami sempat heran juga karena polisi bandara pun tidak mengerti waktu kami tanya cara mencapai Senado Square dari bandara. Rupanya dia hanya tahu nama Cinanya. Padahal Senado Square itu ya alun-alun kota, pusatnya Macau lah kira-kira. Continue reading