Masa Kini dan Masa Lalu Bergabung di Macau

Reruntuhan St Paul

Reruntuhan St. Paul

Selain menampilkan wajah kota yang modern, bekas jajahan Portugis ini juga dikenal dengan peninggalan-peninggalan bersejarahnya. Yang paling populer tentu saja Ruins of St. Paul alias reruntuhan gereja St. Paul yang terbakar tahun 1835 dan sekarang dijadikan museum. Dari Senado Square yang klasik, kita tinggal mengikuti jalan ke Ruins of St. Paul, dan di sepanjang jalan berjajar toko-toko dengan dagangan beragam mulai dari apotek, restoran, butik, suvenir, sampai camilan khas Macau yang banyak dijadikan oleh-oleh. Bagusnya wisata mereka memang begini nih, peninggalan bersejarah yang cantik digabung dengan pertokoan, jadi turis selain melihat-lihat pemandangan juga menghabiskan uang untuk berbelanja. Saya sendiri cuma beli beberapa suvenir yang terjangkau. Contohnya magnet kulkas yang dihargai MOP/HK$ 30 per 3 buah dan pembatas buku MOP/HK$ 15 per buah. Continue reading

Advertisement

Macau yang Gemerlap

Hotel Grand Lisboa

Hotel Grand Lisboa

Meskipun tidak seheboh Las Vegas, Macau sudah terkenal sebagai kota judi. Kasino-kasino yang bertebaran di sini pun berlomba-lomba tampil paling mencolok dan gemebyar. Setelah matahari terbenam (sekitar pukul 7 malam), langsung terhidang pemandangan serba bling-bling. Warna-warni lampunya saja sudah cukup menarik turis untuk foto-foto di segala tempat. Walaupun nggak ikutan judi, tapi ikut menikmati kemilaunya. Saat pesawat mendarat di bandara saja, kerlap-kerlip lampu di City of Dreams langsung menyambut dari kejauhan. Sungguh heboh dan pastinya menyedot banyak listrik setiap hari! Continue reading

Lost in Macau

The Giant Buddha, Hong Kong

The Giant Buddha, Hong Kong

Sebenarnya rencana awal liburan kami, saya dan Sisil, bukan ke wilayah ini. Tapi setelah membaca-baca buku panduannya (Rp 2 Jutaan Keliling Macau dan Hong Kong – Claudia Kaunang), kami tergoda juga untuk berkunjung ke sana. Apalagi karena nggak butuh visa, perginya pun jadi nggak ribet. Apakah benar cuma butuh 2 juta? Ya jelas tidak lah, 2 juta yang dimaksud di buku ini cuma buat akomodasi, transportasi di sana dan konsumsi pokok (tanpa ngemil). Beruntung kami dapat harga tiket murah dari Valuair, 2 juta PP Jakarta-Macau. Namanya juga penerbangan murah, jam terbangnya nggak bisa dibilang normal. Kami sampai di Macau jam 2 pagi dan menunggu hari terang sambil tidur-tiduran di ruang kedatangan. Ada juga beberapa orang yang ‘menginap’ di bandara seperti kami.

Walaupun sudah membaca bahwa orang Macau jarang memakai bahasa Inggris, kami sempat heran juga karena polisi bandara pun tidak mengerti waktu kami tanya cara mencapai Senado Square dari bandara. Rupanya dia hanya tahu nama Cinanya. Padahal Senado Square itu ya alun-alun kota, pusatnya Macau lah kira-kira. Continue reading