Me Before You (Sebelum Mengenalmu)

me before you

Judul : Me Before You (Sebelum Mengenalmu)

Penulis : Jojo Moyes

Penerjemah : Tanti Lesmana

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : I, Mei 2013

Belakangan ini istilah Sick Lit sering terdengar dan memancing perdebatan di mana-mana. Menurut Macmillan Dictionary, Sick Lit adalah bacaan yang menampilkan anak-anak (remaja) sakit dan ditulis untuk anak-anak (remaja). Perdebatan muncul karena pihak yang kontra merasa cerita-cerita semacam itu berpotensi merusak generasi muda. Mendorong mereka untuk berkubang dalam depresi, menyiksa diri sendiri, bahkan bunuh diri. Sementara yang pro menganggap tidak ada yang salah dalam memperkenalkan kenyataan pahit dunia kepada anak-anak.

Buku ini tentu tidak masuk dalam perdebatan tersebut karena tidak ditujukan untuk usia remaja. Namun saat membacanya sempat terpikir juga apakah salah jika menitikberatkan sebuah novel pada tokoh yang sakit parah? Istilahnya, memancing simpati dan air mata dengan kisah sedih bertabur penyakit dan kematian? Jawaban saya: tidak. Buku bagi saya merupakan cara paling mudah untuk mengenal pahit-manis dunia tanpa harus mengalaminya sendiri. Buku ini mengenalkan saya pada suatu penyakit, tepatnya kelumpuhan, bernama quadriplegia, yang mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi anggota badan dan dada. Bisa dibayangkan betapa sulit kehidupan yang mesti dijalani si penderita? Continue reading

Advertisement

Sebuah Catatan dari Tugu

Lobi hotel

Lobi hotel

Tidak mungkin untuk tidak jatuh cinta pada hotel cantik ini. Tapi kesempatan istimewa untuk makan malam bersama pemiliknya, makin membuat saya terpesona. Walaupun menolak disebut eksentrik, tapi dari obrolan seru bersama beliau (makan malam dimulai pukul 19.30 dan baru selesai lewat tengah malam) kesan itulah yang saya tangkap.

Ternyata, pemilik Tugu Hotel (Blitar, Malang, Bali, Lombok), Dapur Babah, Lara Djonggrang, Samarra, Waroeng Shanghai Blue 1920 (Jakarta) ini tidak menyukai riuh-rendah dunia hotel maupun restoran. Dia sebenarnya membangun tempat-tempat itu untuk menampung koleksi barang antiknya yang berjumlah puluhan ribu! Jadi setelah selesai menata dan mendekor semua properti miliknya, dia jarang mendatanginya lagi untuk mengecek masalah operasional. Semua diserahkan kepada anak-anaknya atau manajer yang dipekerjakan secara profesional.

Di sudut terpencil pun ada benda antik

Di sudut terpencil pun ada benda antik

Bapak Anhar S. tidak menyukai publisitas, tidak suka keramaian, tidak suka pesta, tidak suka beredar di antara kalangan sosialita lainnya, tidak suka majalah Indonesia Tatler (if you know what I mean :). Liburan favoritnya adalah menyepi di losmen kumuh di tengah pasar Nepal, bangun tengah malam untuk mengamati bhiksu tua berjalan pelan memberkati setiap kios di pasar tersebut. Atau minum susu segar di pasar kambing yang telah berusia 1000 tahun. Hobinya mblasak mblusuk ke pasar tradisional di Indonesia, mengobrol dan bergaul dengan orang-orang yang sulit membuka pintu untuk orang asing, tapi punya banyak cerita dan informasi tentang barang antik. Dan untuk itu, dia punya koleksi baju rombeng yang dipakainya setiap kali keluyuran ke sana. Continue reading