Saya pernah membaca
sindiran komentar di media sosial, mempertanyakan orang-orang yang senang memajang foto bersama pasangannya. Mau pamer kemesraan atau takut pasangannya direbut orang sih? Begitu kira-kira komentarnya. Saya sempat tertegun. Apakah sebegitu mengganggunya foto-foto yang (tanpa sengaja) memang seperti pamer kemesraan? Karena walaupun nggak sering-sering amat, saya lumayan sering *lho gimana sih* majang foto bareng suami.
Lalu saya pikir, so what gitu loh. Mumpung masih bisa foto bareng, kenapa tidak? Toh saya nggak memajang foto yang aneh-aneh, dan memajangnya juga di timeline sendiri. Saya cuma berusaha menikmati apa yang masih diberikan Tuhan untuk saya sampai hari ini. Bener deh, mana ada manusia yang tahu besok nasibnya bakal kayak apa? Kecuali mungkin yang dikasih ‘bakat’ untuk melihat masa depan.
Saya teringat obrolan di whatssap dengan geng cempreng (you know who you are :D) tentang hidup dan kebahagiaan. Saya bukan orang paling optimistis sedunia, malah saya sering memandang skeptis orang-orang yang mengklaim dirinya amat bahagia. Sumpe lo? Begitu cetus saya dalam hati. Karena saya pikir, hidup ini banyak bercandanya. Sebagus dan serapi apa pun kita menyusun rencana, kalau hidup lagi pingin ‘bercanda’ sama kita, ya udah. Bubar semua. Ada orang yang seumur hidup menjaga kesehatan, nggak pernah merokok, eh kena kanker paru-paru. Ada yang perokok berat, ngebul terus kayak kereta api, eh umurnya panjang dan sehat sampai tua. Atau pas lagi rempong berobat begini, saya malah dapat kesempatan mengunjungi pulau-pulau cantik di Indonesia timur. Dan banyak contoh lainnya.
Mengutip salah satu dialog di film French Kiss yang entah kenapa selalu terngiang: There’s no home safe enough. There’s no relation secure enough. You’re just setting yourself up for an even bigger fall and having an incredibly boring time in the process.
Nggak perlu merasa hidup kita udah paling benar dan paling sukses, perkawinan kita paling rukun dan sejahtera, anak-anak kita paling hebat dan membanggakan, atau karir kita paling mulus. Kalau Tuhan mau, semua yang kita punya bisa hilang dalam sekejap. Lydia Kandow sama Jamal Mirdad aja bisa cerai hehehe. Bukan berburuk sangka sama Tuhan atau nggak percaya pada kebaikan-Nya. Justru karena percaya, saya mau pasrah aja. Berusaha untuk tidak ngoyo dan ngeyel. Tentunya sambil berdoa dan berharap supaya saya bisa lulus dari permainan hidup ini dengan selamat, dengan akhir yang bahagia.
Jadi sekarang prinsip saya, kalau bisa dibilang prinsip, adalah Mumpung Masih Bisa. Mumpung masih bisa sama suami, mumpung masih bisa nerjemahin, mumpung masih bisa nulis, ya udah dipamerin aja semuanya 😀 Standar bahagia tiap orang beda-beda. Standar saya mungkin sebegitu saja. Jadi biarlah semua orang mengungkapkan kebahagiaan (atau ketidakbahagiaan) mereka dengan cara masing-masing. Selama nggak menganggu ketertiban, nggak menyakiti orang lain dan nggak merusak.
Di dunia maya, saat melihat status atau postingan orang lain, kadang tercetus juga cibiran atau celaan, walaupun postingan mereka sudah memenuhi ketiga syarat di atas. Namanya juga manusia yaa, saya kan bukan orang suci *ngeles*. Nih orang kok statusnya berdoa melulu, ngomel melulu, ngeluh melulu, jualan melulu, pamer melulu, begitu pikir saya. Sekarang saya mencoba berpikir, ya mungkin itu momen Mumpung-Masih-Bisa mereka. Mumpung masih bisa berdoa, mumpung masih bisa ngomel, mumpung masih bisa ngeluh, mumpung masih bisa jualan dan mumpung masih bisa pamer. Saya harus adil menilainya. Toh banyak cara untuk ‘melindungi diri’ supaya tidak perlu membaca dan melihat status atau postingan yang tidak kita sukai. Zaman digital sering dikritik sebagai zaman serba instan, ya sekalian saja kita manfaatkan yang instan-instan itu. Ada pilihan show in news feed atau tidak, pilihan follow atau unfollow, add friend atau unfriend sekalian. Hidup pun mudah-mudahan jadi lebih damai (berdasarkan pengalaman pribadi setelah tak ‘berteman’ lagi dengan seseorang).
Jadi mari mengukir bahagia (atau ketidakbahagiaan) masing-masing. Karena memilih untuk tidak bahagia juga pilihan yang harus dihormati bukan? *dikeplak* Saya pernah membaca kisah Keanu Reeves, aktor yang dianggap nyeleneh karena tidak punya rumah mewah, mobil mahal atau harta benda lainnya. Ulang tahun pun dia rayakan sendirian dengan membeli kue dan memakannya di sudut salah satu kafe. Setiap kali ada penggemar yang mengenali atau menyapa, dia mengajak mereka mencicipi kuenya. Mungkin dia sadar bahwa semua yang dibangun dan diusahakan manusia bisa runtuh dalam sekejap. Kekasihnya meninggal dalam kecelakaan mobil ketika mereka sudah akan menikah, adik perempuannya kena leukemia, sahabatnya River Phoenix tewas overdosis. Adik Keanu berhasil sembuh, dan ketika membintangi film Matrix, 10% pendapatannya dia sumbangkan ke rumah sakit-rumah sakit yang mengobati leukemia.
Waktu ditanya tentang Keanu yang begitu sedih, dia menjawab: “You need to be happy to live. I don’t.”
So yeah. We’re supposed to know what’s best for us, right?
emang ngomentarin/nyeletukin (dalam hati) update-an orang tuh paling enak kali yah… gampang banget kita nyeletuknya :))
baru tau ceritanya keanu #ketinggalanBanget
Namanya juga manusiaaa *alesan klasik* 😀
bercanda nya idup emang kadang keterlaluan ya.. kita udah gak bisa ketawa, masih diajak bercanda aja.. mungkin biar tawa yang kita keluarkan nanti adalah tawa yang paling kencang yang bisa lakukan ya, mih?
Amiiin 🙂
Sepertinya aku termasuk orang yang memilih tidak bahagia. Meratapi terus cinta yang ga kesampaian xD *si owl yg lg dibercandain hidup yg terlalu serius, jd ngeratap terus xD*
*lirik didit* Iya dit, kadang bercandanya keterlaluan sampe nyesek bgt xD
Iyaa kalau kamu mah senengnya menyiksa perasaan sendiri hehehe
*puk puk mas Nunu, eh, Uci… :))
Enakan pukpuk Mas Nunu Lu 😀
Yang begitu sih masih wajar, kalau udah Public Dispay Affection itu yang bikin males. Misalnya berbalas komentar mesra di status. Yo! Get a room! Kalau udah begitu aku langsung hide aja.
Udah balas di fesbuk juga ^_^
Iya. Biar meninggalkan jejak di sini 😉
Eh, berobat apa Uchi? Anyway, aku setuju sama kamu. Selama pose nggak aneh-aneh, nggak ‘nyampah’ di wall orang, silakan saja. Orang punya prinsip, pilihan, dan selera yang berbeda.
Berobat alternatif Ken, ada kok di postingan sebelum ini hehee
ciu makin mempesona
Apa siiiiih
aku sering diajak becanda sama hidup. tapi seringkali, aku kok ya gak bisa ketawa. yang ada nyengir miris sambil ngumpet di kolong.. 😀
*temenin ayu ngumpet* *sambil main kendikras* ^_^
Salam kenal jeung. Saya reblog postingannya boleh?
Salam kenal juga. Boleh Mbak, silakan 🙂