Belajar Sabar

Satu hal penting yang gw pelajari selama 1,5 tahun bekerja sebagai freelancer adalah kesabaran. Tepatnya, sabar menunggu dan atau mengejar-ngejar pembayaran dari klien. Entah kenapa, ada penerbit yang susaaaah banget memastikan kapan tepatnya honor gw keluar. Padahal, gw merasa nggak pernah melewati tenggat waktu. Kalau bisa bahkan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan, kerjaan gw udah kelar. Tapi kenapa giliran mereka yang harus menunaikan tanggung jawab, yang terjadi adalah kebalikannya…Gw pernah punya pengalaman menerjemahkan film untuk perusahaan yang menyuplai ke saluran-saluran TV kabel macam National Geographic, Star World, dsb. Mereka sangat rapi dalam hal pembayaran, tanggalnya sudah pasti setiap bulan, nggak pernah kelewat. Tapi pekerjaan ini terpaksa gw tinggalkan karena tenggat waktunya terlalu mepet, 1-2 hari saja per film, sementara gw masih harus mengerjakan terjemahan buku.

Gw yakin penerbit-penerbit itu bukannya nggak ada uang. Karena pernah setelah menahan-nahan diri selama 3 bulan, gw akhirnya meng-sms sang editor, menanyakan honor gw. Sms itu tidak dibalas (ini juga satu hal yang sering membuat gw nggak habis pikir, kenapa orang bisa begitu enaknya mengabaikan sms yang masuk). tapi beberapa jam sesudahnya, ketika gw cek saldo lewat internet, honor gw sudah masuk! Lho, berarti kan selama ini uangnya udah ada….

Pernah juga gw menulis naskah untuk sebuah rumah produksi. Kerjasama pertama lancar, honor langsung masuk. Kerjasama kedua agak lama masuknya, tapi beres. Yang ketiga, gw tunggu-tunggu kok lama banget. Akhirnya malah dapat bocoran dari sekretaris kalau rumah produksi itu sedang gonjang-ganjing. Bahkan gaji si sekretaris pun belum dibayar. Waduh! Untunglah setelah berkali-kali meng-sms PO, honor gw bisa keluar dengan selamat. Mengenai nasib rumah produksi itu, gw sendiri udah nggak pernah kontak lagi dengan mereka.

Untuk yang satu ini, sepertinya gw masih harus terus belajar memupuk kesabaran… Karena jujur saja, penerjemah baru seperti gw, yang jam terbangnya baru seuprit, memang masih sangat tergantung pada penerbit yang notabene adalah pembeli jasa dan pemberi honor atau kasarnya ‘yang bayar gw’

Tidak kok, gw tidak mengeluh, memang inilah hidup 🙂

April 2008
Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s