Tiba-tiba saja, saya kehilangan minat untuk mengunjungi tempat rekreasi theme park yang jadi wisata unggulan di sini, seperti Disneyland dan Noah’s Ark. Kayaknya kok lebih asyik melihat-lihat kota ini saja, mengamati penduduknya, suasananya, keramaiannya. Jadilah kami mencoret semua agenda mengunjungi theme park (lumayan menghemat beberapa ratus dolar hehehe), dan memutuskan untuk berkunjung ke Victoria Park, taman yang sangat populer sebagai tempat ngumpul para pekerja Indonesia di Hong Kong setiap hari Minggu, yang merupakan hari libur mereka. Sutradara/Artis Lola Amaria bahkan sudah mengangkatnya ke layar lebar, sayang hanya bertahan sebentar saja di jaringan bioskop, dan sudah turun sebelum saya sempat nonton.
Dari Ferry Terminal di Central, tinggal naik bus satu kali dan sampailah kami di Victoria Park. Wow, ternyata benar. Taman dan ruas jalan di depannya yang mengarah ke Causeway Bay, penuh sesak dengan para pekerja Indonesia yang hampir semuanya perempuan. Obrolan berbahasa Indonesia dalam logat Jawa terdengar di kanan kiri. Kios-kios yang dibuka warga Hong Kong di taman juga memajang keterangan dalam bahasa Indonesia. Di antaranya kios ini, yang menawarkan jasa ‘Membesarkan Foto’.
Saya tidak tahu apakah memang ada ‘pemakluman’ dari pemerintah setempat untuk membiarkan sepotong jalan itu dikuasai para pahlawan devisa (sungguh istilah yang membuat miris sebenarnya) selama sehari. Karena sampai jembatan penyeberangan pun penuh sesak oleh para TKW yang menggelar tikar atau koran dan bercengkerama dengan teman-teman mereka sambil menikmati bekal piknik. Saya juga melihat ada yang asyik membaca tabloid gosip (entah terbitan mana) dengan berita utama tentang kasus Ariel. Yang kangen makanan Indonesia bakal terpuaskan kalau datang ke sini. Restoran Indonesia yang paling gampang terlihat dari jalan adalah Sedap Gurih, dan siang itu terlihat penuh sesak. Teman saya, Sisil, sempat jajan gorengan, dengan harga HK$10 per 3 potong. Gorengannya berukuran besar dan rasanya pun enak!
Di hari Minggu itu juga, saya berkali-kali disapa oleh mbak-mbak yang menanyakan jalan. Bukan cuma di seputar Victoria Park, tapi juga di Kowloon. Mungkin karena hari Minggu memang hari libur ‘nasional’ di HK. Biasanya mereka membuka pertanyaan dengan, “Mbak, Indo ya? Tahu nggak jalan ke …” Kalau kebetulan saya tahu tempatnya (karena habis baca peta), ya saya tunjukkan dengan senang hati.
Fenomena asmara sesama jenis di antara TKW yang banyak diberitakan, juga saya lihat dengan mata kepala sendiri. Pertama di dalam MTR, dua perempuan Indonesia yang berdandan ‘kelaki-lakian’ berpelukan mesra sepanjang perjalanan dari Causeway Bay ke Mongkok. Di Mongkok, waktu makan di KFC, kami semeja dengan dua perempuan Indonesia. Salah satunya berdandan macho. Dan dengan cueknya dia merayu si ‘wanita’. “Aku udah bilang aku mau sampai mati sama kamu. Kamu mau janji apa lagi?” Dan ketika si ‘wanita’ terlihat ngambek, si macho pun mencium tangannya dengan manis. Duh, saya sama Sisil jengah juga duduk di situ. Bingung mau menghadap ke mana. Untunglah sesaat kemudian mereka beres-beres dan membungkus makanan yang mereka pesan (banyak banget makanannya) lalu beranjak dari situ. Diam-diam kami bernapas lega …
Saya selalu meyakini bahwa orang bebas memilih jalan hidupnya. Siapa pun tidak punya hak untuk menghakimi orang lain. Your life, your choice. Tapi mau tak mau saya berpikir, apa kiranya yang terjadi sampai mereka memilih jalan itu?
Keterangan: meminjam judul film ‘Minggu Pagi di Victoria Park’
Juli 2010